Joedha's Blog

Mempelajari berbagai keunikan kehidupan dan menuangkannya ke dalam lembaran blog ini

Ketika Ego Menutupi Segalanya

ilalang

Situasi rumah tanggaku ternyata masih jauh dari tenang dan kondusif. Begitu pula hubunganku dengan istri. Masing-masing dari kami masih mempertahankan ego. Mungkin ini yang dinamakan ujian dalam rumah tangga dalam lima tahun pertama. Apalagi sepertinya istriku sedang hamil lagi.

Ego itu adalah, istriku ingin kembali tinggal dengan orang tua supaya bisa dibantu mengurus anak dan urusan makan/memasak. Sedangkan egoku adalah ingin membangun rumah tangga ini secara mandiri, meskipun harus menitipkan anak ke mertua, karena aku dan istri sama-sama bekerja.

Beberapa hari lalu, indikasi bahwa kami masih tak sejalan adalah ketika aku mengatakan akan mengembalikan istriku ke orang tuanya. Sontak istriku kaget, panik, nangis, sangat tidak terima akan ucapanku. Itu mungkin ucapan, yang secara sadar-tidak sadar, keluar dari mulutku yang berasal dari hati yang paling dalam.

Apakah aku sudah tak mencintai istriku lagi? Aku tak tahu. Pokoknya, semenjak kami sering berbeda pendapat, dan terjadi konflik batin, aku merasa ada yang salah dengan kehidupan rumah tangga kami. Atau mungkin ini ujian dari Tuhan untuk menguji iman kami? Terutama imanku?

Aku merasa apa yang aku lakukan, yakni berpisah dari orang tua untuk membangun keluarga secara mandiri, selalu salah di mata istri. Padahal aku tidak mengajak dia menuju kemaksiatan. Dia beralasan masih ingin dibantu orang tua, juga agar hemat biaya hidup, daripada uang kami untuk membayar sewa kontrakan.

Konflik ini sebenarnya sudah muncul sejak hari pertama kami mengontrak. Meskipun itu muncul secara perlahan. Terkadang, dia mendukung, ada alasan yang cukup logis mengapa kami harus mandiri. Tapi, di lain waktu, ketika suasana hatinya sedang turun atau tubuhnya sedang lelah, egonya secepat kilat mendominasi dan menyebabkan konflik itu muncul.

Sebentar lagi kami akan pindah kontrakan. Kurang-lebih 2 minggu dari sekarang. Konflik-konflik itu nyaris muncul setiap hari. Aku masih menjaga perasaannya, meskipun dia sering menyulut masalah itu. Aku pun masih menjaga emosi agar tak menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan.

Aku hanya berdoa dan berharap “tidak terjadi sesuatu” dalam rumah tangga kami. Aku juga memohon ampun serta jalan keluar atas masalah yang kami hadapi.

Jika memang istriku adalah rezekiku, aku mohon panjangkan usia jodoh kami, dengan seminimal mungkin konflik yang terjadi. Namun, kalau memang dia bukan jodohku sampai akhir hayat, lindungilah anak kami dan berikan jalan perpisahan yang tidak melukai satu sama lain.

 

Rabu, 12 Oktober 2016

Single Post Navigation

Komentar ditutup.